Senin, 02 November 2009

ELEGI KERETA MALAM




Pagi itu langit begitu cerah dan sinar mentaripun lembut menyapa bumi Tebing tinggi, kota kecil di mana aku memulai mengukir karir setelah tamat sekolah , saat itu aku baru turun dari Bus Karyawan PT. Inalum, seperti biasanya untuk menuju pulang aku harus melalui persimpangan empat Jl Sudirman kota Tebingtinggi. Aku masih ingat beberapa tahun lalu , di sudut persimpangan itu berdiri satu kantor Perusahaan Asuransi. Setiap hari pulang kerja aplusan pertama , aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini untuk melihat sesuatu yang menarik perhatian. Hatiku bertanya tanya apakah dia melihatku , sebagaimana aku selalu memperhatikannya setiap kali aku melintas di persimpangan itu . Yang aku tahu pasti, dia duduk manis di belakang meja kerja , dengan rambut panjang sebahu terurai , jemari tangannya yang lentik sibuk menuliskan pena di atas kertas ,dan sambil menata dokumen lainnya , dia kelihatan asyik dengan pekerjaannya. Kulitnya yang halus kuning langsat terasa kontras dengan busana yang dia kenakan. Semakin sering melihatnya muncul rasa kagum terhadap kepribadiannya . Kepribadiannya yang tulus melebihi kecantikan dirinya . Suatu saat aku bertekad menghampiri dirinya untuk berkenalan , tapi niatku selalu ku urung , jangan – jangan aku nanti menuai sial , didampratnya !.
Suatu ketika ‘ntah angin dari mana membawa diri ini mencoba memberanikan diri untuk mengahampirinya , namun rasa gugup itu masih sempat- sempatnya terus membelenggu diriku. Aku paksakan kaki ini melangkah menuju ruang kerjanya ,tapi langkah ini sungguh terasa berat , namun sang hati tetap merontah dan bersikeras ingin selalu cepat mendekat dan menyapanya . Melalui pergulatan antara benak pikiran dengan bisikan hati , akhirnya aku sampai di singgahsananya persis di depan pintu ruang kerjanya . Jantung ini rasanya ingin copot saat pandangan kami saling bertatapan , bibir ini terkunci rapat , bingung apa yang harus diucapkan . Sekujur tubuhku terasa sekejap mengigil . Anehnya ,…. tiba-tiba bibir ini sepontan menyebut : “ Dian…ya….?! ” Wow.. sok akrabnya daku saat itu, Nama itu sebelumya aku dapatkan dari teman- teman dekatnya yang aku kenal . Dan tak diduga sapaan itu disambutnya cukup dengan seyuman yang aduhai . Body language itu membuat hatiku lulu lantak . Inikah yang dimaksud pucuk dicintrong ulam pun tiba. Daku dipersilakan duduk persis di depannya , lalu dari bibirnya yang mungil tipis terucap : “ ada apa ya ….” Aku nyaris tak menjawabnya, mungkin karena masih terasa gugup. Diri ini mencoba untuk tetap rileks, celingak celinguk berulang ulang menatap langit –langit ruangan kerjanya. Jujur aja, kehadiranku saat itu berniat tulus ” …..adakah direlung hatinya tempat untuk diri ini , seandainya memungkinkah, pantas kah aku menjadi Penjaga hatinya …..” . Begitulah bisikan hati ini yang selalu muncul dari relung hati yang paling dalam.
Di awal perkenalan dengannya,ternyata tidak semudah apa yang dibayangkan, tantangan dan halangan itu datang dari pihak keluarganya . Saudara perempuannya (kaka’nya) menentang hubungan kami . Akhirnya kami sulit untuk bertemu lagi , inikah yang namannya cinta terlarang. Aku menyadari , mengapa mereka menolak kehadiranku di sisinya. Dalam situasi seperti ini terkadang aku terlarut dalam suasana kekecewaan. Ahh..…akupun mulai kesal mengapa ini harus terjadi, saat hubungan kami mulai terjalin akrab. Aku mencoba menghibur diri untuk mengusir kesepian , namun kesepian itu tetap mengusik ,karena hari hari bahagiaku bersamanya terasa dirampas tanpa bercanda ria dengan dirinya . Sempat terbesit dalam hati ini, mungkin dimata mereka aku tidak pantas untuk menjadi Penjaga Hatinya. Aku harus paham dengan kenyataan ini, karena keluarganya lebih mengerti apa yang terbaik untuk dirinya.
Aku ikhlas menghadapi kenyataan ini , karena aku yakin dan merasakan bahwa dirinya begitu tulus menerima kehadiran diriku apa adanya.
Itulah membuat diri ini pada saat itu ingin tetap bersamanya , bersikeras tidak ingin kehilangan dirinya. Dalam situasi seperti ini , aku sempat mendengar dirinya akan menetap di Kota Rantau Parapat bersama sanak familinya.Kabarnya ingin pindah tugas di sana, Ini artinya diriku akan semakin jauh darinya .
Sempat terbesit dalam benakku, ini kah akhir perjalanan hidupku bersamanya , begitu cepatkah berlalu kebersamaanku dengannya .Hari hari indahku bersamanya akan pupus begitu saja hanya karena sebuah perpisahan ini. Inikah yang diinginkan keluarganya. Tidak ! aku harus bertemu dengannya . Aku harus cari tahu kapan dia akan berangkat bersama keluarganya kerantau Parapat.
Pada hari Sabtu malam (aku lupa tanggal dan tahunnya) mereka berangkat dengan Kereta Api Malam . Aku pun turut berangkat di lain gerbong tanpa sepengetahuan mereka . Selama dalam perjalanan menuju Kota Rantau aku berupaya untuk mengetahui keberadaannya . Akhirnya aku temukan dia duduk satu baris kursi bersama keluarganya. Terlihat olehku wajahnya begitu lesuh . Dari kejauhan aku melambaikan tangan sebagai isyarat aku di sini turut mengantarmu, untung pada saat itu keluarganya tidak mengetahui kehadiranku . Dia terlihat terkejut memandangku, langsung aku memberi isyarat ssstttt… sambil menempelkan jari telunjukku di depan bibirku sebagai pertanda agar jangan berisik nanti bisa ketahuan keluargamu aku ada di sini.
Dia sangat paham atas bahasa isyaratku , mungkin karena hati kami telah menyatu, sehingga secara bathin kami tidak sulit untuk berkomunikasi.
Sepanjang perjalanan kereta malam , aku berada di gang di antara dua gerbong sambil sekali kali menatap dirinya, rasanya malam itu aku ingin duduk berdampingan bersamanya tapi itu tidak mungkin kulakukan , biarlah aku dalam kesendirian di sini menunggu sampai kereta tiba di tujuannya. Saat itu aku melihatnya gelisah , dia mencoba tidak ingin memejamkan matanya namun sepertinya tak mampuh mengusir kantuknya. Aku terharu melihatnya, tidurlah sayang, aku berdoa di sini untuk tidurmu, semoga mimpi indah bersamaku.
Kereta Api malam itu terus memacu melaju kencang. Angin malam begitu dingin menerpa diriku. Semalaman aku tidak dapat tidur , dan tak terasakan malam segera menjelang pagi, Keretapun memperlambat kecepatannya. Pagi sebelum subuh keretapun merapat keperaduannya . Pagi hari masih terlihat gelap, namun mata ini tetap awas menatapnya agar pagi ini aku dapat bertemu dengannya.
Di terminal itu keretapun berhenti, dia segera turun bersama keluarganya dan sesekali dia menyempatkan menoleh melihatku . Saat pandangannya menatapku , aku menganggukkan kepala , pertanda aku paham dengan sorot matanya, ‘‘ nanti kita ketemu walau sebentar ‘’ mungkin itu yang ingin disampaikannya . Bersama satu orang keluarganya dia menuju toilet , mungkin ingin berbenah diri. Dan setelah itu mereka menuju kesuatu tempat seperti taman . Mereka duduk berdua di taman itu sambil menungguku. Aku langsung menghampirinya sambil was was menoleh kanan kiri sekitarnya karena khawatir diketahui kehadiranku oleh keluarganya yang lain . Saat itu aku diperkenalkan dengan temannya itu, ternyata temannya itu salah seorang keluarganya yang mendukung hubungan kami berdua. Aku bersyukur pada Tuhan, ternyata aku masih bisa bertemu dengannya walau hanya sesaat . Saat itu ingin rasanya ku dekap sayang dirinya dan kukatakan aku tidak ingin berpisah dengannya. Akhirnya hanya aku genggam kedua tangannya, kemudian dengan perlahan segera aku lepaskan genggamanku , karena aku merasakan suasana pertemuan ini tidak begitu nyaman untuk berlama lama. Pagi itu aku harus segera pamit pulang , karena aku khawatir akan dirinya mendapat amarah kalau -kalau diketahui aku ada di sini. Sambil beranjak dari sisinya, bibir ini bergetar dan berucap :” DIAN.....Aku harus pulang, jaga baik-baik dirimu, yakinlah esok lusa aku akan datang menjemputmu” . Beberapa langkah aku meninggalkannya, aku terhenti sejenak dan berbalik menghampirinya kembali. Dia tertunduk di hadapanku,sempat kulihat air matanya berlinang. Aku mencoba menghiburnya,”...Aku masih sayang dan tetap sayang , aku pulang ya...”. Saat itu terasa berat langkah ini untuk meninggalkannya. Akhirnya aku berlari ketepi jalan raya lintas Sumatera untuk menanti bus menuju Tebingtinggi. Perjalanan yang melelahkan ,di dalam bus ber AC aku menikmati tembang syahdu dari penyanyi legendaris Crisye. Sungguh lantunan dan syairnya membangkitkan kenangan saat masih bersamanya.
Sampai saat ini aku tidak pernah bosan ,aku selalu memutarnya pada saat berangkat dan pulang ngantor . Bahkan sambil bekerja aku mendengarkan tembang-tembang Crisye yang sengaja aku simpan dalam PC ataupun laptopku.

Kembali kelembaran masa lalu , Aku tertidur dalam perjalanan menuju pulang, bayangan dirinya masih terasa hadir dihadapanku. Hari demi hari aku jalani tanpa dirinya. Sabtu Malam aku tidak lagi bersamanya. Untuk melepas kangenku , sengaja melintas di depan rumahnya. Aku jadi teringat biasanya duduk di teras rumahnya atau nonton film bersamanya. Esok sorenya aku tidak lagi bisa berkunjung kerumahnya . Biasanya disore itu aku duduk santai diruang dapur menemani dia , membantu ibunya sedang memasak dan menanak nasi. Dari raut wajah sang Ibu , sepertinya mencerminkan sisa derita masa lalunya . Sedangkan denga si Ayah tak pernah aku sekalipun bertemu . Suatu ketika aku pernah bertanya tentang Ayahnya, dia langsung menatapku tajam , sepertinya dia sangat membenci pertanyaan itu .Aku sangat menyesal, karena pertanyaanku telah melukai perasaannya. Sungguh aku tidak punya hati untuk melukai hatinya. Mungkin hati sang Ayah telah mendua, dan pergi begitu saja tanpa berita. Sempat ia meneteskan air matanya saat itu, maafkan aku Dian……., moga kelak tidak terjadi pada kita.
Sejak kepergiannya di kota Rantau Prapat, aku sangat jarang pulang . Aku lebih banyak tinggal di Mess Karyawan PT. Inalum . Aku selalu mandah di sana bersama teman – teman seprofesiku, mereka kebanyakan anak anak dari perantauan , seperti kota Medan. Pada saat off day sekali kali aku main ke Kota Medan. Medan memang sedikit berbeda dengan kota Tebingtinggi. Kota Medan penuh dengan hiruk pikuk suara kenderaan, kota bisnis bahkan kota pendidikan,karena di kota ini cukup banyak berdiri perguruan tinggi. Saat itu terlintas dalam benak ku , ingin rasanya aku hijrah mengadu nasib di kota ini, bekerja sambil melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi . Semua niat ini aku lakukan demi masa depanku bersamanya. Aku tidak ingin tersisih dengannya karena statusku. Aku akan buktikan bahwa , kelak aku yakin sanggup memberikan yang terbaik untuknya, dia yang sangat aku sayang.
Suatu ketika impian ku terkabul , aku diterima disalah satu departemen pemerintah, dan empat tahun kemudian aku dilimpahkan ke dejepe, di direktorat ini aku terus menekuni karirku. Selama tugas di Medan setiap Minggunya aku pulang ke Tebing tinggi, namun pada saat itu aku tidak mampuh memberanikan diri untuk berkunjung kerumahnya. Mungkin aku masih trauma dengan masa laluku , saat aku dilarang bertemu dengannya. Ah…. Masa bodoh dengan semuanya itu . Aku tetap bertekad untuk berbagi kebahagiaan dengan dirinya , hidup bersamanya, karena aku telah menemukan kedamaian dengannya.
Hati kami memang tidak dapat dipisahkan, kami bertemu lagi dengannya saat dia bekerja di Perusahaan Swasta Kota Medan . Terima kasih Tuhan, aku menemukan lagi tambatan hatiku yang selama ini terpisahkan . Aku sangat bahagia kembali bersamanya . Setiap hari pulang kerja , aku selalu menyempatkan mampir di kantornya untuk mengantarnya pulang . Saat itu ia tinggal bersama tante nya di Jl Darussalam . Aku antar hanya sampai luar pagar , Aku enggan untuk mampir , karena rumah sebesar itu terlalu mewah bagi diriku. Setiap Sabtu Malam aku selalu berkunjung ke rumah itu untuk melepas kangen  sambil bercanda ria. Aduh ….bahagianya saat dia selalu di samping ku , sekali lagi aku sangat sayang padanya. Namun tante nya tidak pernah mengizinkan kami keluar rumah untuk menikmati suasana malam Minggu , seperti yang pernah kami alami di kota Tebingtinggi. Demi menjaga kearifan ini , setiap jam 09.00 malam aku harus bergegas untuk pulang.
Saat rindu kampung halaman , kami selalu pulang berdua . Begitu juga saat ingin kembali bertugas di Kota Medan, pagi pagi setelah subuh aku bersamanya pulang .Sangkin terburu burunya naik bus , jariku sempat terjepit pintu. Aduh… sakitnya bukan main !!. Saat aku merasa kesakitan , kulihat dia rada gugup , mungkin karena gugup nya , dia malah bertanya : ‘’ Sakit ya..?.” Ya sakitt.. kok malah nanya jawabku seketika , kemudian dia pegang jemariku dan diembus nya perlahan berulang ulang , ahh… sakit bercampur lucu dan bahagia rasanya kenangan itu.
Hampir satu windu kami merajut kasih , dan rasanya tak pernah lelah menjaga hatinya. Aku juga merasakan dia begitu bahagia selama bersamaku. Memang ku akui , kebersamaan tak selamanya berjalan langgeng , kadang kala aku khilaf menjaga hatinya. Sering berulang rasa egoisku muncul bila ada masalah diantara kami, aku kerap tak pernah mengalah, aku merasa kesal karena kebanyakan waktunya tersita dengan kesibukan xtra di kantornya, bahkan hari hari libur yang seharusnya untuk kebahagiaan kami, malah sempat tersita oleh segala macam acara kegiatan bersama sama teman sekantornya. Kala itu aku kadang merasa kesal , kekesalan itu aku lampiaskan dengan bermain dengan teman teman kost aku, saat itu aku tinggal di komplek BI Gatot Subroto.Di komplek itu memang tidak sedikit teman-teman sepermainanku. Dikala senggang dan disetiap hari libur, mereka selalu mengajakku bergabung dan berjalan di daerah wisata. Kekesalan itu terus berlanjut, saat malam tahun baru seharusnya bersama dengannya, aku malah pergi dengan teman-teman lainnya bermalam di kota wisata Berastagi.Hiruk pikuk segala macam musik di acara malam tahun baru itu rasanya tidak mampuh menghibur kesepianku. Dimalam yang indah ini seharusnya bersamanya bercerita tentang masa depan , tapi dipenghujung tahun itu dia tidak di sampingku. Dia kutinggal sendiri tanpa diriku , aku juga pergi tanpa pamit dengannya, padahal dia sangat menjaga keharmonisan hubungan kami. Setiap kepergiannya bila tanpa bersamaku dia selalu pamit dengan ku .Dia sangat sabar menghadapi rasa ego ku.Kenapa malam itu aku begitu tega menodai kesetiaannya.Di kesendirian malam itu, aku menyaksikan pesta kembang api dari teras villa dimana aku menginap bersama - sama teman. Tiba tiba kesepianku terusik dengan kedatangan teman-teman yang menghampiriku. Mereka mengajakku bergabung untuk mengisi acara peyambutan penggantian  tahun. Memang ada kesan tersendiri di malam renungan menyambut tahun baru itu. Acara berakhir , aku masih tetap tidak ingin beranjak dari teras itu. Saat itu aku merasakan ada seseorang di sisiku. Aku diperkenalkan oleh teman - temanku . Aku sambut perkenalan malam itu dan aku sentuh tangannya , jantung ini berdesir dan teringat kasihku disana menantiku. Maafkan aku Dian....., aku tidak bermaksud menduakan hati ini . Apalagi keluarganya (Dian ) telah merestui hubungan kami kembali.Jadi aku tak ingin menghianati dengan hadirnya seorang gadis lain yang telah aku kenal. Elv nama gadis yang aku kenal itu , mungkin kehadirannya sangat berarti bagiku. Elv adalah gadis lembut dan penuh perhatian padaku.  Sampai -sampai dihari ulang tahunku Elv memberiku sebuah kenangan. Aku mulai goyah,  hati mulai bimbang, kemana aku harus pergi untuk memilih. Tadinya aku sekedar berkenalan dengan Elv, namun kenangan manisku bersamanya tak mampu aku melupakannya.Terkadang dalam posisi seperti ini aku sadar dengan perkataan : "Ahh.... dasar semua lelaki bajingan , apakah diri ini  termasuk salah satu BAJINGAN ITU ! saat aku harus bingung memimilih ". 
Di dalam kebimbangan , aku mencoba untuk konsen dengan pekerjaan rutinku . Dan pertemuanku dengan kasihku Dian mulai jarang bertemu. Di saat ketidak pastian hati ini , jujur aja aku tidak mampu tanpa dirinya. Di kesempatan lain di hari Sabtu , aku mengajaknya untuk pulang ke Tebingtinggi. Dia begitu bahagia saat aku menjemputnya. Sore itu kami sengaja pulang dengan kereta api agar perjalanan terasa santai . Dalam perjalanan menuju pulang dia begitu ceriah dan manja di sisiku. Dengan kemanjaannya dia terus bercerita dan berulang ulang menatapku , bercerita tentang mahligai rumah tangga. Akhirnya dia tertidur bersandar di bahuku, mungkin dia merasa kesal saat aku tidak begitu tanggap atas ungkapan dan keinginan hatinya yang begitu tulus.  Ahh.... begitu teganya hati ini mendua saat aku di sisinya . aku jaga dia dalam tidurnya sampai kereta tiba.Aku tidak ingin mengusik tidurnya walau kereta telah merapat ke terminalnya .Aku rasakan harum lembut rambutnya, dan sesekali rambutnya menerpa wajahku saat kipas angin menghembusnya . aku coba membenahi rambutnya yang terurai. Akhirnya dia terbangun saat jariku menyentuh lembut dan mengusapkan wajahnya untuk menata rambutnya .Dia terlihat manis walau baru bangun dari tidurnya, dia tersenyum melihatku namun sekejap itu dia murung. Aku bertanya , kenapa.. nggak enak badan ya ..? kemudian dijawabnya perlahan " nggak apa-apa , aku cuma mimpi". Mimpi apa ? tanyaku penasaran. " Aku mimpi kita terpisah di terminal ini. Di dalam mimpi itu dia memangil mangilku , namun aku semakin jauh meninggalkannya . Aku tersentak mendengarkannya. Aku coba menghiburnya , itu hanya bunga tidur , lupakan semuanya itu  dan aku coba menguatkan hatinya dengan mendekapkan kepalanya ke dadaku. Aku terharu mendengarnya, rasa takutku semakin mencekam . Inikah kesalahan yang aku buat , saat aku bermain main api , karena secara bathin dia merasakan sehingga terungkap dalam mimpinya .Aku rasakan kemejaku basah oleh air matanya dan semakin erat dia memelukku .Aku tengadahkan wajahnya perlahan , aku usap air matanya lalu berucap " kenapa sedih.....buktinya kita masih bersama . aku masih sayang Dian. Ahhh....... lagi lagi aku berdusta .Saat itu diriku memang seorang lelaki pengecut , seharusnya aku menjadi Penjaga Hati untuk dirinya . Namun kali ini dia semakin merasa khawatir saat dekat denganku. Pantaskah seorang pengecut memanjatkan doa kepada sang Khaliq , atas segala kekhilafan yang terlanjur dibuatnya . Aku semakin takut atas penghianatan ini . Tuhan .....berilah petunjukMU  agar aku menemukan kedamaian dengannya . 
Hati ini semakin gundah, dan kekhawatiran yang kurasakan makin berkecamuk saat aku baca daftar panggilan , bahwa aku harus mengikuti diklat ke Ibu Kota. Sebenarnya aku nggak ambil pusing dengan diklat itu  , ntah diklat apa namanya , tapi aku harus menjalaninya  satu tahun ( dua semester) berarti aku harus berpisah lebih lama lagi  dengan kasihku, Dian . Aku persiapkan keberangkatanku. Ada tiga teman lagi yang berangkat bareng bersamaku untuk diklat yang sama dan kami sepakat agar perjalanan dengan kapal laut saja , hitung hitung sambil wisata bahari. Sebelumnya aku merahasiakan keberangkatanku dengan kasihku Dian , aku gak ngerti kenapa harus bersikap demikian  . Mungkin aku masih merasa bingung kepada siapa aku harus pamit, karena Elv telah mengetahui rencana keberangkatanku.. Sampai saat keberankatan, aku tak pernah lagi bertemu dengan kasihku , Dian .
Akhirnya aku bersama dengan Elv di salah satu Plaza kota Medan . Aku katakan pada Elv akan kepastian  keberangkatanku..Saat itu aku tidak menyadari kasihku Dian telah tersisihkan dengan kehadiran Elv di sisiku . Elv sungguh penuh perhatian atas keberangkatanku. Dia persiapkan segala bekal dan keperluan yang harus aku  bawa , seperti pakaianku diseterika dan disusun rapi oleh Elv dalam tas yang akan aku bawa nantinya.Hari hari ku selalu didampingi Elv, sampai dia ikut mengantar keberangkatanku ke dermaga pelabuhan Belawan  . Begitu bahagianya saat itu Elv bersamaku dan rasanya tak ingin berpisah ,  dia titipkan fotonya untukku sambil berpesan " simpan gambar ini , tempatkan dimeja belajar agar selalu ingat dengan ku " . Aku hanya mengangguk memenuhi permintaannya .        .                         ..........bersambung 














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome